ZONAKAWANUA.COM, Sangihe – Setelah mengeksplor Pulau Ringgit ala Soekarno dan tanaman Pala di Pulau Siau yang merupakan hasil kekayaan sumber daya alam.
Kali ini, petualangan Irjen Pol (Purn) Dr. Ronny Franky Sompie SH.MH, berlanjut ke tanah Tampungan Lawo Kabupaten Kepulauan Sangihe.
Dimana Bacaleg DPR-RI Dapil Sulut dari Partai Golkar ini kepincut mengulik lebih jauh peradaban dan kebudayaan produk lokal di tanah tampungan lawo kabupaten kepulauan Sangihe.
Salah satunya, produk lokal Sagu yang bisa diolah menjadi aneka pangan termasuk bahan pembuatan Mie mentah yang diproduksi di Desa Karatung, Kecamatan Manganitu.
Selain itu, ada juga produksi minyak kelapa dengan lebel market ‘Lana Bango’ hasil olahan tiga Kelompok Usaha Bersama (KSB) di Kabupaten Kepulauan Sangihe yaitu Kelurahan Angges, Bumdes Kalebube I dan Kelompok Bethesda Tahuna Timur.
“Ini membuktikan bahwa mengkonsumsi makanan dan produk lokal lainnya berarti mencintai dan menghargai budaya daerah kita yakni Kabupaten Kepulauan Sangihe,” kata Irjen Pol (Purn) Dr. Ronny Franky Sompie, SH.MH. Kamis (10/08/2023)
Kata dia, sewaktu menapakkan kaki di Negri ini, tepatnya di Pelabuhan Tidore Kota Tahuna, Sabtu (08/07/2023) Pukul 17.30 Wita, nampak sepelempar batu dari pesisir, beberapa perahu kecil baru saja melaut kendati ombak masih mendebum.
“Ketika itu senja cukup berkabut oleh uap asin tertiup angin agak kencang langsung dari lautan Pasifik. Pohon-pohon kelapa di tempat yang agak tinggi sesekali bergetar dan terdorong ke belakang.
Dan pasti, setiap orang yang hidup di pulau pada akhirnya akan melewati laut. Setiap orang mengikhlaskan semua hal, dan setiap orang akan punya opini tentang segala hal yang baru dilihatnya, termasuk menjalani kehidupan yang tidak benar-benar aman oleh karena ombak dan tantangan keras alam kepulauan,” kata Putra asli Tonsea.
Untuk itu, Ronny Sompie yang juga selaku Pemerhati Pariwisata Sulut mengajak kepada seluruh warga Nusa Utara di Kabupaten Kepulauan Sangihe, agar terus melestarikan dan mencintai kearifan lokal, yakni produk-produk budaya lokal seperti minyak kelapa Lana Bango dan Sagu dalam olahan menjadi bahan Mie.
“Bahwa nilai-nilai kultur dalam kearifan lokal yang luhur akan menjadi penjaga awetnya kepekaan sosial sehingga solidaritas sosial akan bisa di lestarikan.
Karena implementasi kearifan lokal perlu adanya proses adaptasi praktis dengan tidak mengabaikan nilai esensi dari kearifan lokal dan kearifan lokal mengandung tata kehidupan tradisional,” tandas mantan Dirjen Imigrasi Kemenkumham RI. (**)
Komentar