oleh

Kisah Cinta Sang Pemilik Senyum Masadada dan “Romeo” dari Sawang Bandil

Catatan : Albert P Nalang

ZONAKAWANUA.COM, SITARO – Andai kata tak mengesankan, menggairahkan dan menggerakan semua emosi, maka kisah dua karakter historis Mark Antony dan ratu Mesir Kuno Cleopatra, tak didramatisasi William Shakespeare ke atas panggung.

Demikian dalam kisah-kisah termasyur para pemimpin dunia, politik dan cinta seakan dua sisi dari satu mata uang. Dan sebagaimana pohon, gairah, semangat dan nasionalisme pun berakar di sana.

Tanpa Mark Antony, sejarah kerajaan Mesir kuno tak terbaca segemilang hari ini meski Cleopatra memiliki kecerdasan dan kekuatan yang tak bisa diragukan. Hubungan cinta antara keduanyalah yang menempatkan negara Mesir dalam posisi kuat.

Di Indonesia, kita pun tak mungkin membincangkan kemasyuran B.J. Habibie tanpa menyebut peran ibu Hasri Ainun Besari. Bahkan mantan Presiden Republik Indonesia itu dengan tangannya sendiri menulis drama kehidupannya dalam buku biografi “Habibie & Ainun”.

Di dunia politik, kisah-kisah inspiratif dan memesona dari ruang cinta bisa menjelma diksi heroik yang menggugah kesadaran publik dan menumbuhkan sense of belonging terhadap nilai-nilai kebangsaan dan patriotisme.

Demikian Siau adalah sebuah kerajaan yang tak mungkin terabai dalam catatan kehidupan Chyntia Inggrit Kalangit, seorang politisi perempuan yang kini terpilih sebagai orang nomor satu di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro)

Karena di sanalah ia melewati tahun-tahun pendidikan, di sana pula ia bertemu cinta sejatinya. Negeri itu terletak di ketinggian 1.827 meter Gunung Karangetang tepatnya di laut sulawesi utara dan diapit gunung tamata dengan puncak ketinggian 1.134 mdpl.

Itu sebabnya, kendati waktu terus beranjak, namun membicarakan Siau bagi Chyntia Kalangit, setara menyelusupkan garis api meteorit melesap ke eter sebegitu legam di hulu dadanya. “Mengingat Siau bagi saya adalah mengingat kehidupan,” ucapnya. Dan di sanalah Chyntia mengaku pertama kali bertemu Suaminya. Dan uniknya, membincang lekuk kehidupan pribadi Chyntia dan Reinol adalah membincang cinta dalam Gunung Tamata dan Gunung Karangetang dengan nama Baptis Yohana dan Yohanes oleh
Pendeta F. Kelling 1807, seorang misionaris Nederlandsche Zending Genoodschaap (NZG) yang datang ke Siau untuk menyebarkan Injil.

Mari mundur kedelapan belas tahun sebelumnya. Reinol Tumbio adalah seorang don juan lelaki tampang dari utara. Pria keturunan Tionghoa Desa Sawang Sitimsel kelahiran Siau, 30 September 1980 lulusan SMA Negeri 1 Siau Timur angkatan 1998 dan berlanjut di jenjang mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Klabat dan berlanjut di STIE Ebenzear.

Di masa yang sama, Chyntia Kalangit adalah mahasiswa jurusan Fakultas Kesehatan Masyarakat Unsrat Manado. Asyiknya, sebagaimana umumnya alur film drakor dan novel-novel romantik Eropa semisal Romeo dan Julia karya William Shakespeare, perkenalan pertama Chyntia dan Reinol berawal dari senyum manis ciri khas masadada dan wataknya seorang pria tampang dari sawang bandil tersebut.

Suatu Ketika Chyntia, melihat tingkah Reinol dan wataknya seorang pria tampang dari utara, Chyntia tiba-tiba terpikir dan jatuh cinta. Sejak itu, dari kisah senyum manis ciri khas masadada itulah cinta mereka bersemi hingga masuk jenjang pernikahan dan dikaruniai 3 orang putri dan 1 putra, Floreinchya Aurell, Frainny Andchyrei,
Frailly Andchyrei, dan Fabian Reinol Tumbio.

Sebagai manusia politik dan langkah politiknya yang sukses menuju posisi Bupati Kabupaten Kepulauan Sitaro, Chyntia mengatakan, tak bisa lepas dari peran sosok suami yang mendampinginya itu. Bahkan sebelum terjun ke dunia politik, Reinol suaminya yang menjadi motivator semangatnya dalam dunia usaha di bidang konstruksi.

“Ia cinta dan penyemangat, ia ayah tak saja untuk anak-anak, tapi juga untuk penat dan keluhku,” kata Chyntia. Dan ungkapan, “selalu ada pria hebat di balik sukses seorang pria” menjadi frasa yang relevan dari sebuah naluri atavistik paling manusiawi seorang manusia dalam mendetakan atrofi perasaan.

Tak saja di Indonesia, dalam sejarah dunia politik pada umumnya, kisah-kisah inspiratif dan memesona semacam ini sudah melegenda sejak era Mesir kuno, hingga ke negara-negara benua semacam Eropa dan Amerika.

Seakan alam semesta atau Tuhan dalam pemahaman semitik, selalu punya cara mempertemukan sepasang manusia dalam apa yang disebut cinta. Pada konteks itu, cinta dapat dipandang sebagai anugerah manusiawi yang sangat indah dalam kisah kehidupan anak manusia yang patut diceritakan.

Dalam konteks ini pula. Jumat 14 Februari 2024. Tepatnya di Hari Kasih Sayang, Keluarga Tumbio-Kalangit menulis sebuah pesan. Pada akhirnya cinta bukan tentang seberapa lama hidup bersama.
Tapi seberapa dalam memahami dan menghargai satu sama lain.

Selamat Hari Kasih Sayang, Semoga hari ini dan seterusnya semua cinta dan kebahagiaan selalu hadir menyapa kita semua.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed