Catatan Ringan : Albert P Nalang
ZONAKAWANUA.COM, SITARO – Dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), satu hak istimewa yang dimiliki pemilih, yaitu kedaulatan dia dalam menentukan pilihan. Dengan hak eksklusif itulah sebabnya saya tak perlu menggembar-gemborkan figur pilihan saya. Dan saya pun menghomati kedaulatan setiap orang dalam memilih.
Namun sebagaimana orang yang riang berkecipak di etalase demokrasi, dalam konteks ditanah leluhurku Pulau Karangetang tepatnya di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro), saya pun punya catatan terkait figur-figur politisi ideal yang memiliki kepantasan dan kepatutan untuk duduk di top eksekutif lewat Pilkada 27 November 2024.
Dalam kesempatan ini, catatan saya dibatasi dengan menampilkan salah satu figur di tanah Karangetang Mandolokang.
Dalam artian, catatan ini tidak mengesampingkan reputasi pasangan calon lainnya yang kebetulan saya belum kenal baik.
Manusia adalah makhluk politik. Demikian andaikata saya membincangkan Chyntia Inggrit Kalangit seorang anak muda dari kalangan milenial yang kini akan menjadi representasi warga Sitaro di top eksekutif. Usia saya dengan dia bertaut 3 Tahun. Ia lebih tua, tetapi penampilannya cukup berkharisma bagi kalangan semua kalangan masyarakat Sitaro. Jadi, saya harus memanggil dia “kakak”, sebagaimana tradisi komunal Nusa Utara Yakang – Tuari.
Perlu digaris bawahi, Golkar adalah sebuah partai politik dengan semangat yang menempatkan manusia di ruang terhomat kesederajatan.
Di ruang etik partai itu, tak ada tempat bagi paternalisme sempit, perbedaan kelas dan persoalan gender.
Lebih dari itu, Chyntia Inggrit Kalangit memiliki kecakapan retorik dan gestik sebagaimana umumnya perangai politisi perempuan, lalu di sisi lain ia punya basic kecerdasan akademik dibidang kesehatan masyarakat.
Kendati politik modern telah terdandani bahasa-bahasa yang canggih seiring perkembangan berbagai mazhab dan ilmu filsafat politik yang dipelopori para pemikir modern seperti dari era Thomas Hobbes, Machiavelli, John Locke, Jean- Jacques Rousseau, John Rawls, Jurgen Habermas, tujuan dasar politik tak pernah bergeser, yaitu memperjuangkan kehidupan manusia.
Andai saya ingin Chyntia Kalangit, maka saya akan menulis perihal manusia dan kemanusiaan, perihal pandangan dan kebaikannya.
Bagi saya, pasangan dari calon wakil bupati Heronimus Makainas dari usungan Partai KIM Plus.
Mendekati gambaran dari semacam keterwakilan buah pikiran kreatif dan hati nurani yang peka akan kesengsaraan dan penderitaan luar biasa masyarakat di saat intimidasi di siklus 5 tahunan, belum juga surut dan kebenaran bukan milik rakyat.
Ia lahir, tumbuh dan dewasa sebagai bagian dari kaum bawah yang menaruh harapan besar pada politik di tingkat kerja-kerja riil sebagai jalan raya gerakan perubahan yang membawa kehidupan rakyat ke arah yang lebih baik.
Ia berjuang dengan caranya menjadikan politik sebagai cita-cita yang realistis, bukan asesoris. Politik yang harus menjadi booster utama terbangunnya jalan berkat untuk rakyat. Politik yang harus jadi instrumen pendorong, penyokong bahkan penggerak bagi terwujudnya kesejahteraan rakyat. Bukan kultur politik yang lebih banyak memancarkan energi animalitas yang melahirkan kecenderungan yang digambarkan Aristoteles, sebagai kekuasaan yang hanya menjadi milik segerombolan orang, hingga demokrasi menjadi sebuah sistem yang bobrok.
Sebagaimana jarak tempuh ke kepulauan Sitaro harus disebut anak pulau yang tak lain laut, ombak, arus dan perahu. Bagi Chika panggilan sayang-sayang (Polo-polo) akronim Chyntia Kalangit, alam mendapatkan pengertian yang lebih luas sebagai rumah. Tak seperti rumah dalam kebanyakan bayangan kaum kaya yang bermakna properti. Sebagaimana takdir alamiahnya, setiap anak yang lahir dan hidup di pulau secara metaforis disebut beribukan ombak, berayahkan arus. Dan mereka pada akhirnya akan melewati laut. Mereka akan menjadi manusia yang mengikhlaskan semua hal, dan punya opini tentang segala hal yang baru dilihatnya, termasuk menjalani kehidupan yang tidak benar-benar aman. Mereka akan tumbuh menjadi seseorang yang tak mungkin meluputkan segala hal yang meninggalkan bekas mendalam pada dirinya. Demikian Chika, sosok politisi perempuan yang dibesarkan dalam kultur bahari dan penuh arus tantangan yang keras.
Ia berani menentang arus dalam memperjuangkan kepentingan rakyat banyak. Ia kokoh dalam orasinya untuk mempertahankan prinsip-prinsipnya demi kepentingan masyarakat. Semoga kedepan ia bisa vokal dalam menentukan kebijakan-kebijakan yang berpihak kepada rakyatnya. Dan semoga ia gigih dalam menyalurkan aspirasi rakyat lewat rancangan pembangunan daerah.
Itu sebabnya, bagi masyarakat bawah, Paslon Bupati dan Wakil Bupati dengan jargon Politik Chika_Berani atau Cinta_Hero dipandang sebagai calon eksekutif yang benar-benar merupakan representasi mereka di top eksekutif. Kisah kehidupannya –meminjam istilah Bojan Pozar, Igor Omerza– seakan jalinan dari berbagai kebetulan dan keberuntungan, serta produk dari beragam keadaan yang luar biasa, atau bahkan amat menakjubkan.
Komentar