Oleh : Albert P Nalang
ZONAKAWANUA.COM, MANADO – Pada 3 April 2021 di Pelabuhan Tua Tahuna, Kabupaten Kepulauan Sangihe dideklarasikan gerakan Save Sangihe Island di dalamnya melebur 27 organisasi sosial masyarakat. Deklarasi dibuka dengan menyanyikan lagu indonesia raya, orasi kebudayaan dan lingkungan, prosesi adat menahulending (berdoa) dan diakhiri dengan penandatanganan petisi kepada Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo. Acara yang diselenggarakan dengan protokol Covid-19 itu tujuannya adalah menolak PT. Tambang Mas Sangihe beroperasi di Kepulauan Sangihe dengan satu alasan bahwa Pulau Sangihe adalah pulau kecil yang dilindungi undang-undang.
Bagi sejumlah tokoh penggerak Save Sangihe Island ini adalah bentuk ketidak-adilan yang diterima oleh masyarakat yang ada di daerah perbatasan Indonesia-Filipina. Gerakan Save Sangihe Island merinci alasan penolakannya berdasar pada, Sangihe adalah pulau kecil, kemudian terdapat dua gunung api aktif, satu di atas permukaan laut dan dua terdapat di bawah laut.
Hal ini kemudian juga menjadi ancaman, sebab di masa lalu pergerakan lempeng tektonik akibat semburan gunung berapi pernah mengakibatkan Tsunami yang cukup dasyat. Hal ini kemudian dikhawatirkan berdampak pada penggunaan sistem pertambangan terbuka yang akan dilakukan oleh PT. Tambang Mas Sangihe.
Di sisi lain Jull Takaliuang salah satu penginisiasi gerakan penyelamatan Pulau Sangihe. Mengatakan, dikhawatirkan mengakibatkan kerusakan lingkungan yang dasyat, sebab salah satu wilayah yang masuk dalam Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) PT. Tambang Mas Sangihe adalah hutan lindung Sahendarumang yang saat ini menjadi sumber hidup beberapa kecamatan mendapatkan air bersih.
“Gerakan Save Sangihe Island adalah sebuah perjuangan untuk menghindarkan pulau yang kami cintai jangan sampai dirusak. Kami menegaskan komitmen akan menggalang dukungan semua stakeholder utama, bahwa tanah ini harus dihindarkan dari kehancuran. Tanah ini indah, subur, kaya, meskipun kecil tidak boleh ada orang yang dirusak oleh aktivitas perusahaan tambang,” kata Jull Takaliuang
Disisi lain juga, Alfred Pontolondo seorang Seniman yang juga salah satu penginisiasi Gerakan Penyelamatan Pulau Sangihe, dalam tulisan di postingan FBnya dengan Judul ‘MENUNGGU SIKAP DPRD SANGIHE’
Mewakili Gerakan Penyelamatan Pulau Sangihe. Kami mengajak anggota DPRD Sangihe untuk sungguh-sungguh berjuang bagi keselamatan pulau dan masyarakat Sangihe, serta tidak memainkan peran sebagai BUNGLON.
“Jangan hanya bergairah untuk membujuk rakyat memilih anda saat Pemilihan Calon Anggota Legislatif. Bersemangatlah untuk membela rakyat pemilih anda saat ini. Mereka membutuhkan pembelaan anda, mereka butuh sikap tegas anda.
Saat kekuasaan yang lebih tinggi memaksa rakyat untuk menerima keadaan bahwa pulau mereka akan dikeruk oleh sebuah perusahaan tambang dengan luas konsesi 42.000 hektar dari 73.700 hektar luas daratan Sangihe dan lama ijin produksi selama 33 tahun, maka seharusnya ANDA, 25 orang anggota DPRD Sangihe-lah pembela mereka.
“Mereka beresiko kehilangan lahan pencaharian mereka. Bukit-bukit mereka akan diratakan, sungai tempat mereka mendapatkan air bersih akan tercemar, bakau dan karang mereka akan hancur, ikan yang akan mereka makan pun beresiko terpapar limbah beracun. Mereka akan dibunuh di tanah mereka sendiri.
Karena itu, mereka butuh anda di pihak mereka. Mereka butuh anda, pasang badan bagi mereka!
Anda semua jangan bersembunyi!
Jangan hanya mementingkan diri sendiri dan kenyamanan pribadimu. Bersuaralah!
Kami rakyat Sangihe tidak menginginkan Wakil Rakyat Pengecut!
Anda semua sudah dipilih untuk mewakili rakyat Sangihe, maka jadilah Wakil Rakyat Sejati bukan Wakil Rakyat Oportunis.
Sejarah Sangihe akan menulis sikap anda hari ini, dan mewariskan kepada generasi ke depan, siapa yang membela kehidupan mereka dan siapa yang Bungkam bahkan Berkhianat!,” tulis Alfred Pontolondo di akun FB-nya.
Maka sejatinya saya harus kembali apa yang dimaksud dengan anda semua jangan bersembunyi!
Jangan hanya mementingkan diri sendiri dan kenyamanan pribadimu. Bersuaralah!
Kami rakyat Sangihe tidak menginginkan Wakil Rakyat Pengecut!
Menjelang 25 hari kemudian beberapa Wakil Rakyat bersembunyi dikota Manado, apakah mengikuti Kunjungan Kerja atau Melaksanakan Bimbingan Teknis (Bimtek) DPRD Sangihe.
Hal ini tergambar ketika para Penyelenggara Pemerintahan Daerah Kabupaten Sangihe ini, beberapa anggota DPRD kedapatan masuk dalam sebuah Cafe (PUB) di salah satu Kawasan Mega Mas dan langsung buka botol sambil diiringi oleh group band, bahkan salah seorang pelayan perempuan jadi bulan-bulanan untuk menghabiskan segelas minuman setelah para beberapa anggota dewan menenguk minuman dengan merek Jack D.
Seperti halnya pelayan perempuan tersebut merupakan seorang budak yang melayani nafsu seksual, tanpa dipikirkan derajat dan moralitas kaum perempuan.
Saya jadi ingat adagium Abraham Lincoln: Sebuah negara yang sukses apabila pemerintahan tunduk pada semangat dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Namun sebagaimana kritik Aristoteles (348-322 SM), jika pemerintahan hanya milik segerombolan orang, maka demokrasi menjadi sebuah sistem yang bobrok.
Melihat kelakuan para beberapa anggota DPRD Kabupaten Sangihe tersebut, setara dengan sebuah perayaan kritik dan sarkasme yang langsung menabrak persoalan-persoalan logis kontemporer yang terjadi di Kabupaten Kepulauan Sangihe seperti halnya beroperasinya Tambang Mas Sangihe. Ini sebuah cermin bangsa yang dipenuhi retakan persoalan politik, kriminal, dan deviasi sosial.
Semestinya para beberapa anggota DPRD tersebut ada pihak pembangunan dan pemajuan kaum tani dan nelayan didalam pergerakan penyelamatan pulau Sangihe.
Ketika rakyat bertanya, siapa dan dimana Wakil Rakyat yang sesungguhnya, justru yang nampak adalah sosok Wakil Rakyat yang bersembunyi di balik dalil-dalil beroperasinya Tambang Emas, Oh…betapa ironi ini terasa menusuk masyarakat pulau Sangihe.
Akhirnya saya harus mengutip Plato (472-347 SM) dalam “The Republic”: Apabila, orang-orang akan mengejar kemerdekaan dan kebebasan tidak terbatas, akibatnya bencana bagi negara dan warganya. Apabila setiap orang ingin mengatur diri sendiri dan berbuat sesuka hati maka yang akan terjadi, kekerasan, ketidaktertiban atau kekacauan, tidak bermoral, dan ketidaksopanan.
Menurut Plato, demokrasi di tangan penguasa yang korup dan masyarakat yang mendewakan kebebasan individu berlebihan akan membawa bencana bagi negara, yakni anarki dan tirani.
Penulis adalah Forum Literasi Masyarakat Sulawesi Utara (Forlitmas Sulut)
Komentar